Oleh : Agus Sutrisno*
Di kalangan pesantren, khususnya pesantren
tradisional, nama al-Zarnuji tidak asing lagi ditelinga para santri.
Al-Zarnuji dikenal sebagai tokoh pendidikan Islam.Kitabnya yang berjudul
Ta’lim al-Muta’allim merupakan kitab sangat popular yang wajib
dipelajari di pesantren-pesantren.Bahkan para santri wajib mengkaji dan
mempelajari kitab ini sebelum membaca kitab-kitab lainnya.Tapi siapa
sebenarnya al-Zarnuji itu?
Nama lengkap al-Zarnuji adalah Burhan
al-Din Ibrahim al-Zarnuji al-Hanafi. Nama lain yang disematkan kepadanya
adalah Burhan al-Islam dan Burhan al-Din. Namun, hingga kini belum
diketahui secara pasti waktu dan tempat lahirnya al-Zarnuji.Nama
“al-Zarnuji” sendiri dinisbatkan pada suatu tempat bernama Zurnuj,
sebuah tempat yang berada di wilayah Turki. Sementara kata “al-Hanafi”
diyakini dinisbatkan kepada nama mazhab yang dianutnya, yakni mazhab
Hanafi.
Perjalanan kehidupan al-Zarnuji tidak dapat
diketahui secara pasti. Meski diyakini ia hidup pada masa kerajaan
Abbasiyah di Baghdad, kapan pastinya masih menjadi perdebatan hingga
sekarang. Al-Quraisyi menyebut al-Zarnuji hidup pada abad ke-13 M.
Sementara para orientalis seperti G.E. Von Grunebaun, Theodora M. Abel,
Plessner dan J.P. Berkey meyakini bahwa al-Zarnuji hidup dipenghujung
abad 12 dan awal abad 13 M.
Al-Zarnuji menuntut ilmu di Bukhara dan
Samarkand, dua tempat yang disebut-sebut sebagai pusat keilmuan,
pengajaran dan sebagainya. Semasa belajar, al-Zarnuji banyak menimba
ilmu dari; syeikh Burhan al-Din, pengarang buku al-Hidayah; Khawahir
Zadah, seorang mufti di Bukhara; Hamad bin Ibrahim, seorang yang dikenal
sebagai fakih, mutakallim, sekaligus adib; Fakhr al-Islam al-Hasan bin
Mansur al-Auzajandi al-Farghani; al-Adib al-Mukhtar Rukn al-Din
al-Farghani yang dikenal sebagai tokoh fikih dan sastra; juga pada
Syeikh Zahir al-Din bin ‘Ali Marghinani, yang dikenal sebagai seorang
mufti.
Karya termasyhur al-Zarnuji adalah Ta’lim
al-Muta’allim Tariq al-Ta’allum, sebuah kitab yang bisa dinikmati dan
dijadikan rujukan hingga sekarang. Menurut Haji Khalifah, kitab ini
merupakan satu-satunya kitab yang dihasilkan oleh al-Zarnuji. Meski
menurut peneliti yang lain, Ta’lim al-Muta’allim, hanyalah salah satu
dari sekian banyak kitab yang ditulis oleh al-Zarnuji. Seorang
orientalis, M. Plessner, misalnya, mengatakan bahwa kitab Ta’lim
al-Muta’allim adalah salah satu karya al-Zarnuji yang masih tersisa.
Plessner menduga kuat bahwa al-Zarnuji memiliki karya lain, tetapi
banyak hilang, karena serangan tentara Mongol yang dipimpin oleh Hulagu
Khan terhadap kota Baghdad pada tahun 1258 M.
Pendapat Plessner ini dikuatkan oleh
Muhammad ‘Abd Qadir Ahmad. Menurutnya, minimal ada dua alasan bahwa
al-Zarnuji menulis banyak karya, yaitu: pertama, kapasitas al-Zarnuji
sebagai pengajar yang menggeluti bidang kajiannya. Ia menyusun metode
pembelajaran yang dikhususkan agar pasa siswa sukses dalam belajarnya.
Tidak masuk akal bagi al-Zarnuji, yang pandai dan bekerja lama di
bidangnya itu, hanya menulis satu buku.Kedua, ulama-ulama yang hidup
semasa al-Zarnuji telah menghasilkan banyak karya.Karena itu, mustahil
bila al-Zarnuji hanya menulis satu buku.
Tentang ada tidaknya karya lain yang
dihasilkan al-Zarnuji sebenarnya dilukiskan al-Zarnuji sendiri dalam
kitab Ta’lim al-Muta’allim, yang dalam salah satu bagiannya ia
mengatakan: “…kala itu guru kami syeikh Imam ‘Ali bin Abi Bakar semoga
Allah menyucikan jiwanya yang mulia itumenyuruhku untuk menulis kitab
Abu Hanifah sewaktu aku akan pulang ke daerahku, dan aku pun
menulisnya…” Hal ini bisa memberikan gambaran bahwa al-Zarnuji
sebenarnya mempunyai karya lain selain kitabnya yang berjudul Ta’lim
al-Muta’allim. Telepas dari perdebatan itu, al-Zarnuji merupakan tokoh
yang telah memberikan sumbangan berharga bagi perkembangan pendidikan
Islam.Karyanya, patut dikaji dan dipelajari.
— Penulis adalah mahasiswa Ma’had Aly 2012
0 komentar:
Posting Komentar